Seonggok Bara Api

Disclaimer dulu postingan kali ini berbau WHY tingkat dewa dan akan banyak banget kiasan yang harus kalian interpretasikan sendiri maksudku bagaimana. Oiya, sebelum masuk ke sesi ngedumelin hal paling absurd yang terjadi, tulisan ini adalah tulisan ke-100 di blogku dan aku akan merayakannya dengan sedikit mempertanyakan dunia saat ini. Tenang, tenang. Aku gak akan membahas hal penting kok, hanya curhatan aja dari apa yang aku rasakan atas kejadian mendadak. Sekilas info juga, postingan ini tentang seonggok bara api dan tidak akan kusebutkan merknya apa. Pokoknya, kalau kalian menemukan hal ganjil dalam curhatanku ini, aku pengen tahu pendapat kalian. Tulis di kolom komentar.

source: Pinterest

Tentang seonggok bara api yang ingin kembali membara dan teramat ingin menguasai dunia ini. Hahaha...,, kiasannya lebay yaa...tapi aku gak peduli. Aku udah gak habis fikri soalnya. Aku pun bisa mengatakan bara api itu sudah seperti hantu yang merasuki boneka jailangkung dan membuatnya tidak bisa dikendalikan.  Saking tidak bisa dikendalikannya, segala sesuatu di sekitarnya pun harus seturut kehendaknya. Lah? Bukannya hal semacam itu udah biasa yaa??? Memang, tapi tidak sesimple itu. Egosentris yang udah gak ketolong, lingkungan pun mau gak mau harus beradaptasi padanya, padahal cara kerja hukum alam adalah kebalikannya. Akibatnya, lingkungan sekitar seringkali mendapat getahnya. Iya kalau akhirnya berdampak positif, tapi kayaknya lebih banyak negatifnya deh....

Dampak negatif itu datang dari sifat masa bodoh yang sudah mendarah daging. Sebenarnya, aku gak masalah akan hal semacam itu. Toh aku sendiri juga seringkali egois dan bodo amat'an. Hal semacam itu pun menurutku juga akan dialami oleh bara-bara yang lain, mungkin karena begitulah proses bertahan hidup di dunia yang katanya kejam ini. Nah, masalahnya apa yang kurasakan itu ternyata juga telah tervalidasi dengan sendirinya oleh lingkungan sekitar. Jadi, aku pun dapat menyimpulkan kalau memang ada yang tidak beres di sini.

Dilemaku muncul dari apa yang terucap tak seindah apa yang dilakukan. Benar-benar berbeda 180 derajat, dan saking WHY-nya sampai berputar-putar terus seperti jarum kompas yang dihadapkan banyaknya medan magnet di sekitarnya. Sungguh tidak konsisten. Namun tak berhenti sampai di situ saja, ketidakkonsistenan itu semakin diperparah dengan rasa percaya diri sampai kamu sendiri tidak akan bisa melihat ujungnya. Pameran kesempurnaan hidup pun akan selalu menjadi konsumsi publik jika tidak ada polemik yang benar-benar membuka pikiran.

Suatu hari, polemik itu terjadi. Semuanya melihat dan merasakan adanya rasa gentar di balik ledakan api yang membara. Kalimat-kalimat provokatif acapkali terdengar yang justru semakin memperkeruh suasana. Padahal, jika dibawa ke hamparan es yang lapang, polemik itu akan menghasilkan uap perdamaian bagai air panas yang diguyur segelas es. Namun, saat itu terjadi, aku tak tertarik untuk meramaikannya. Buang-buang waktu. Akhirnya, dengan sendirinya, angin pun berlalu.

Di sini, aku hanya tidak bisa menerka mengapa satu dari beberapa bara api di dunia ini, ada yang seracun itu.  BMKG pun jika diminta untuk mendeteksi kerandomannya pasti akan langsung menyerah. Tiba-tiba saja begini, nanti meledak-ledak dengan sendirinya. Bom saja ketika ingin meluapkan amarah, selalu mengambil ancang-ancang sehingga lingkungan sekitar bisa bersiap untuk menyelamatkan diri. Tapi tidak dengan bara api paling eksentrik di dunia ini.

Sebenarnya pun, jika ada hal yang menyentuh empati atau simpatiku, aku juga ingin membantu mengipasinya agar setidaknya ada angin segar untuk mempertahankan bara kemerah-merahannya. Namun sepertinya, bara api itu tak sudi dan selalu menempatkan dirinya pada situasi yang memang berbahaya. Kalau sudah sampai pada tahap ini, itu tandanya memang aku harus menghindari hawa panas yang dibawanya. Walaupun sekeras itu aku berusaha, tetap akan diuji suhu panasku sebagai salah satu bara api di dunia ini juga. Setidaknya aku tak sendiri, bara api yang lain pun sepemikiran denganku.

Sudahlah. Sekian dulu curhatanku pada seonggok bara api yang ingin kembali membara. Aku harus segera mengambil kunci hidup damai itu.

Sekian dariku dan terima kasih sudah membaca.

Salam Dilemmaphobia :)

You Might Also Like

0 comments